glebderujinsky.com – Ancaman digital melalui teknologi deepfake semakin marak digunakan untuk kejahatan. AI ini mampu membuat video atau suara palsu yang terlihat sangat nyata. Pelaku memanfaatkannya untuk penipuan hingga pelecehan seksual.
“Baca juga : Pramono Anung Rencanakan Wisata Pulau Kucing di Jakarta”
Deepfake bekerja dengan dua sistem AI yang saling belajar. Sistem pertama membuat konten palsu, sementara sistem kedua mencoba mendeteksi kepalsuannya. Proses ini berulang hingga hasilnya sempurna.
Kepolisian Inggris mencatat peningkatan kasus kejahatan deepfake. Mereka menemukan modus penipuan perusahaan hingga eksploitasi anak. Teknologi ini semakin mudah diakses pelaku kejahatan.
Facebook mengembangkan alat pendeteksi deepfake canggih. Sistem mereka mencari sidik jari digital pada konten palsu. Metode ini bisa melacak sumber pembuatan deepfake.
MIT memberikan 8 tips praktis mendeteksi deepfake:
Periksa wajah. Deepfake sering memanipulasi wajah seseorang.
Amati pipi dan dahi. Kulit mungkin tampak terlalu mulus atau terlalu keriput.
Lihat mata dan alis. Bayangan dan pencahayaan sering tidak alami.
Periksa kacamata. Silau atau pantulan mungkin terlihat aneh atau tidak berubah saat orang bergerak.
Perhatikan rambut wajah. Deepfake sering gagal membuat janggut atau kumis terlihat nyata.
Cek tahi lalat. Kadang-kadang deepfake menambah atau menghapus tahi lalat dengan kasar.
Amati kedipan mata. Orang palsu bisa berkedip terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Perhatikan bibir. Ukuran dan warna bibir bisa tidak cocok dengan bagian wajah lainnya.
“Baca juga : Tuntutan Buruh Warnai Peringatan May Day 2025 di Jakarta”
Para ahli menyarankan kehati-hatian berlebihan. Jangan percaya konten mencurigakan sebelum verifikasi. Laporkan konten deepfake ke platform media sosial.